Pesona Bali memang tidak ada habisnya, kali ini saya akan
membahas pesona alam di Kabupaten Bangli. Kabupaten Bangli merupakan kabupaten
yang terletak di tengah pulau Bali. Terdapat banyak objek wisata di daerah ini
sebagai contohnya Geopark Caldera Gunung Batur, Desa Penglipuran, Desa Trunyan
dan masih banyak lagi yang lainnya. Kali ini saya akan membahas salah satu desa
dengan pemandangan yang menakjubkan, bernama Desa Pinggan.
Desa Pinggan terletak di perbatasan antara Kabupaten Bangli
dan Kabupaten Buleleng. Waktu tempuh sekitar 2 jam dari Kota Denpasar.
Mencapai ke desa ini kita akan melewati Kecamatan Kintamani yang merupakan pusat
dari objek wisata di Kabupaten Bangli ini. Saya katakan pusat wisata karena di daerah ini banyak saya temukan warga asing, guest house, dan tempat makan. Kecamatan ini sangat indah dan dingin (bagi
saya) jika kamu kesini pasti tangan kamu akan bergerak sendiri untuk foto, jadi jika berkunjung ingat untuk membawa sarung tangan, jaket, kamera, tongsis, tripod dan hp terbaru (buat apa ya?).
Mengapa Desa Pinggan? Karena desa ini memiliki pemandangan
Sunrise yag luar biasa. Kamu bisa lihat hasil foto dari photographer-photographer lain tentang
desa ini di instagram, benar-benar sangat indah. Saya berangkat jam 4 pagi
untuk mencapai desa ini, dan ini adalah kali ketiga saya mencoba peruntungan untuk
mendapat pemandangan yang saya inginkan.
Sampai di daerah Kintamani angin sudah mulai berhembus kencang pagi itu, ditambah dengan dingin yang menerpa. Ada hal unik yang saya lihat di sepanjang
perjalanan memasuki daerah Kintamani. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, ternyata
disepanjang jalan banyak dagangan jeruk kintamani dalam keranjang (FYI saya penelitian jeruk
kintamani di daerah ini selama 6 bulan, bukan ini intinya). Anehnya jeruknya
diletakkan begitu saja dipinggir jalan dan tidak ada yang menjaga jeruk
tersebut (sebenarnya ini rawan sekali untuk dicuri, ya tapi inilah bali kita percaya akan karma jadi siapa yang berbuat jahat pasti akan mendapat balasan dari alam).
Sebenarnya saya agak sedikit takut karena untuk menuju desa
ini kita harus melewati hutan-hutan yang rimbun dan tidak ada orang. Saya bukan
takut akan hantu saya lebih takut jika terjadi sesuatu dengan kendaraan
yang saya gunakan di tengah hutan seperti pengalaman-pengalaman saya sebelumnya (tapi untungnya
tidak terjadi apa-apa kali ini). Saya sampai desa ini setengah 6 pagi dan
dinginnya sangat menusuk tulang dan ubun-ubun, untung saya sudah mempersiapkan
dari topi hingga sepatu anti dingin. Pada jam ini matahari sudah mulai
memunculkan sinarnya dan terdapat gradasi kuning dan biru gelap. Jujur saya kaget dengan pemandangan ini! Sinar mentari yang
menyapu dengan hangat dan lembut yang membelai sanubari saya. Hangat seperti
pelukan ibu kita sendiri!
Berselang 20 menit dari gradasi dan sinar matahari yang
muncul mulailah pemandangan yang kami nantikan beramai-ramai muncul.
Pemandangan desa yang dipenuhi dengan kabut yang tipis. Ternyata yang
menantikan kejadian ini tidak hanya saya, banyak photographer maupun orang
biasa yang ingin menyaksikan fenomena alam yang indah ini. Kabut tipis seakan
menjadi selimut di pagi hari bagi desa yang berada dibawah Gunung Batur tersebut indah dan
langka! Kabut akan bertambah tebal jika pada malam hari hujan turun.
Amazing! Speechless! Bengong! Ketika melihat kabut yang tipis yang lembut, saya jadi ingat film "kabut cinta" dulu yang ada di indosiar, kabut itu bagaikan cinta yang lembut dan tulus. Tidak ada biaya khusus untuk menuju kesini, hanya persiapkan bekal dan bensin yang cukup dan jaket yang tebal jika tidak kuat akan dingin.Ini hanya sebagian kecil dari kekayaan alam Indonesia, masih banyak misteri yang
harus kita lihat sendiri yang berada di Indonesia ini. Sekian pengalaman saya yang
menggetarkan sanubari, jiwa dan raga yang saya alami. Terima kasih sudah
membaca, like jika kalian suka, share jika kalian tidak keberatan, dan comment
jika kalian punya tempat rekomendasi atau pertanyaan.
No comments:
Post a Comment